Alhamdhulillah disaat menghadapi musibah
Ada tiga jenis kesabaran, yaitu :
1. Sabar dalam melakukan ketaatan;
2. Sabar ketika meninggalkan maksiat;
3. Sabar ketika menghadapi musibah.
Sabar dalam melakukan ketaatan, maksudnya adalah kita harus berusaha melakukan ketaatan dengan konsisten. Misalnya, aku akan shalat subuh, aku akan shalat tahajud, aku akan puasa, dan aku akan selalu berdzikir setiap hari. Sedangkan sabar ketika meninggalkan maksiat, berarti aku tidak akan mau melakukan maksiat lagi. Padahal, mungkin saja kita bisa melakukannya lagi, tetapi kita tidak mau mengulanginya lagi. Orang-orang beranggapan bahwa sabar hanya ada ketika sedang menghadapi musibah saja, ini tidaklah benar.
Dua macam kesabaran diatas (dalam melakukan ketaatan dan ketika meninggalkan maksiat) adalah yang dimaksud dalam firman Allah SWT yang berbuny, "...Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar [39]: 10). Apa derajat tertinggi bagi orang yang bersabar? dan, pahala apa yang akan mereka dapat? Manakah yang lebih tinggi kedudukannya di sisi Allah antara Nabi Yusuf AS yang bersabar atas godaan istri pejabat ataukah Nabi Ayub AS yang sabar ketika menderita penyakit?
Sabar ketika meninggalkan maksiat dan sabar dalam melakukan ketaatan lebih besar dan lebih tinggi derajatnya daripada sabar ketika menghadapi musibah, karena kedua jenis sabar itu akan terasa lebih menyulitkan bagi seseorang. Sabar dalam melakukan ketaatan dan ketika meninggalkan maksiat sepenuhnya berada ditangan manusia, ia sendirilah yang menentukan ingin menambahkan ketaatannya atau menjauhi maksiat. Adapun sabar ketika menghadapi musibah adalah diluar dari kehiendak manusia, karena musibah sepenuhnya datang dari Allah SWT. Musibah itua akan datang menimpa seseorang, baik ia suka ataupun tidak. Jadi tingkat kesuliitan itu berada lebih besar dalam megendalikan hawa nafsu karena perlu perjuangan besar.
Akan tetapi sabar dalam menghadapi musibah juga terkadang butuh sebuah kekuatan iman hingga seorang mukmin sejati akan mampu mengucapkan kata "Alhamdhulillah" di saat sedang menghadapi musibah. Artinya, kesabaran bisa jadi muncul karena dilakukan dengan kesadaran sendiri dan terkadang pula karena dipaksa oleh keadaan. Jika kesabaran itu dilakukan karena kehendak sendiri, maka sudah barang tentu pelakuknya akan mendapatkan pahala yang lebih besar dan lebih banyak lagi.
Karena itulah, kesabaran Nabi Yusuf AS lebih tinggi derajatnya daripada kesabaran Nabi Ayub AS. Kesabaran Nabi Yusuf AS dilakukan atas kesadaran beliau sendiri, sedangkan kesabaran Nabi Ayub AS dilakukan karena keadaan yang memaksa beliau, yaitu sakit. Manakah yang lebih tinggi derajatnya dan lebih banyak pahalanya antara kesabaran dalam melakukan ketaatan dan kesabaran ketika meninggalkan maksiat?
Ada ulama yang berpendapat tentang masalah ini. Menurut mereka, kesabaran dalam melakukan ketaatan lebih mulia daripada kesabaran ketika meninggalkan maksiat. Karena, melakukan ketaatan akan mendapatkan 10 pahala kebaikan. Jika saja bersabar dalam melakukan ketaatan, maka kesabaran itu akan menutupi kesalahan-kesalahan kita dalam ketidaksabaran ketika meninggalkan maksiat. Kemudian, jika seseorang memiliki jumlah amal kebaikan yang sama dengan jumlah amal keburukannya, maka insya Allah, rahmat Allah SWT akan menambah jumlah amal kebaikannya.
0 Response to "Alhamdhulillah disaat menghadapi musibah"
Post a Comment